Tuhan Yesus telah Bangkitkan Saya dari Kematian
Dominggus K.
“Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan
menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang
dikehendaki- Nya.” Yohanes 5:21
Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan, dalam kesempatan ini saya akan
bersaksi tentang peristia kematian dan kehidupan yang saya alami pada
tanggal 15 Desember 1999. peristiwa ini juga merupakan suatu tragedy bagi
yayasan Doulos, Jakarta dimana STT Doulos ada di dalamnya dan saya adalah
mahasiswa yang tinggal di asrama. Sebelum penyerangan dan pembakaran
Yayasan Doulos tanggal 15 Desember itu, beberapa kali saya mendapat
mimpi-mimpi sebagai berikut:
1. Minggu, 12 Desember 1999, saya bertemu dengan Tuhan Yesus dan malaikat,
saya terkejut dan bangun lalu berdoa selesai saya tidur kembali.
2. Senin, 13 Desember 1999, saya bermimpi lagi, dengan mimpi yang sama.
3. Selasa, 14 Desember 1999, dalam mimpi saya bertemu dengan seorang
pendeta pada suatu ibadah KKR, isi khotbah yang disampaikan mengenai akhir
zaman, adanya penganiayaan dan pembantaian.
4. Rabu, 15 Desember 1999, kurang lebih pukul 08.00 pagi, saya mendapatkan
huruf “M” dengan darah di bawah kulit pada telapak tangan kanan saya.
Dalam kebingungan dan sambil bertanya-tanya dalam hati, apakah saya akan
mati? Saya bertanya kepada teman-teman dan pendapat mereka adalah bahwa
kita akan memasuki millennium yang baru. Walaupun pendapat mereka demikian
saya tetap merasa tidak tenang serta gelisah karena dalam pikiran saya
huruf “M” adalah mati, bahwa saya akan mengalami kematian. Saya hanya bisa
berdoa dan membuka Alkitab. Sekitar pukul 15.00 saya membaca firman Tuhan
dari Kitab Yeremia 33:3 “Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab
Engkau.” Dan pada pukul 18.00, tanda huruf “M” di telapak tangan saya
sudah hilang.
Kampus dan Asrama Mahasiswa Doulos Diserang
Pada malam hari tanggal 15 Desember 1999, kegiatan berlangsung biasa di
dalam asrama kampus STT Doulos. Sebagian mahasiswa ada sedang belajar,
yang lain memasak di dapur dan ada pula yang sedang berdoa. Saya sendiri
sedang berbaring di kamar. Kurang lebih jam 21.00 malam itu, saya
dibangunkan oleh seorang teman sambil berteriak: “Domi, bangun, kita
diserang…!” Saya langsung bangun dalam keadaan panic, saya langsung
berlari ke halaman kampus dan melihat sebagian kampus kami yang telah
terbakar. Saat itu saya berkata kepada Tuhan: “Tuhan, saya mau lari
kemana? Tuhan, kalau saya lari lewat pintu gerbang depan pasti saya
dibacok.”
Sementara pikiran saya bertambah kalut ketika teringat akan tanda huruf
“M” yang diberikan pada tangan saya. “Tuhan, apakah saya akan mati?” Saya
menoleh ke belakang, ada beberapa teman sekamar yang lari menyelamatkan
diri masing-masing. Di belakang kampus kami dikelilingi pagar kawat duri
setinggi 2 meter, saya tidak bisa melompat keluar dengan cara mengangkat
kawat itu. Dengan tangan sedikit terluka akhirnya saya pun dapat keluar.
Kami sudah berada di luar pagar dengan keadaan takut dan gemetar karena di
sana terdapat massa atau orang banyak yang tidak dikenal, mereka membawa
golok, pentungan, batu dan botol berisi bensin atau Molotov. Kemudian kami
berpisah dengan teman-teman, saya tidak tahu apa yang terjadi dengan
mereka.
Saya lari menuju kos kakak tingkat semester 10, yang letaknya tidak jauh
dari kampus. Sementara saya berlari, saya tetap berdoa kepada Tuhan:
“Tuhan berkati saya, ampuni dosa dan kesalahan saya.” Setiba di rumah kos
itu, saya mengetuk pintu sebanyak 2 kali tetapi tidak ada yang membukakan
pintu.
Ternyata di belakang saya ada 4 teman mahasiswi yang juga lari mengikuti
dari belakang. Mereka memanggil saya: “Domi, ikut ke rumah kami,” tetapi
saya berkata kepada mereka, “biar saya bersembunyi di sini.” Masih berada
di depan rumah kos tersebut, saya berdoa lagi “Oh.. Tuhan, apakah malam
ini saya akan mati? Ampuni dosa dan kesalahan saya.”
Ditangkap oleh Massa
Saya mengetuk pintu lagi, tetapi tidak ada orang yang menjawab, saya
berdoa kembali: “Tuhan.. ini hari terakhir untuk saya hidup.” Terdengar
suara massa yang semakin mendekat kepada saya. Mereka berkata: “Itu
mahasiswa Doulos, tangkap dia!” Ada juga yang berteriak: “Bantai dia,
tembak!” Seketika itu saya ditangkap dan saya hanya bisa berserah kepada
Tuhan sambil berkata: “Tuhan saya sudah di tangan mereka, saya tidak bisa
lari lagi.”
Kemudian tangan saya diikat ke belakang dan mata saya ditutup dengan kain
putih. Saya tetap berdoa dalam keadaan takut dan gemetar: “Tuhan ampuni
dosa saya, pada saat ini Engkau pasti di samping saya.” Tiba-tiba ada
suara terdengar oleh saya entah dari mana, yang berkata: “Jangan takut,
Aku menyertai engkau, Akulah Tuhan Allahmu.” Setelah mendengar suara itu,
rasa ketakutan dan kegentaran hilang, karena saya sudah pasrahkan kepada
Tuhan.
Penganiayaan dan Kematian
Mereka membawa saya ke tempat yang gelap, saya dipukuli dan ditendang.
Saya dihadapakan dengan massa yang jumlah orangnya lebih banyak, saat itu
mereka ragu, apakah saya mahasiswa Doulos atau warga sekitarnya. Sebagian
massa ada yang terus mendesak untuk memotong dan membunuh saya.
Saya berdoa lagi: “Tuhan, fisik saya kecil, kalau saya mati, saya yakin
masuk sorga. Saat ini saya serahkan nyawa saya ke dalam tangan kasih-Mu,
ampunilah mereka.” Saat itu kepala saya dipukul dari belakang dan terjatuh
di atas batu, saya tidak sadar akan apa yang terjadi lagi.
Roh Saya Keluar Dari Tubuh
Kemudian ... roh saya terangkat keluar dari tubuh saya, roh saya berbentuk
seperti orang yang sedang start lari atau sedang jongkok, lalu lurus
seperti orang yang berenang kemudian berdiri. Roh saya melihat badan saya
dan berkata: “Kok badan saya tinggal” (sebanyak dua kali). Roh saya
berdiri tidak menyentuh tanah dan tidak tahu mau berjalan kemana, karena
di sekeliling saya gelap gulita, kurang lebih lima detik, roh saya
berkata: “Mau ke mana?”
Lima Malaikat Datang Menjemput Saya
Saat itu ada lima malaikat datang kepada saya, dua berada di sebelah kiri,
dua di sebelah kanan dan satu malaikat berada di depan saya. Tempat yang
tadinya gelap gulita telah berubah menjadi terang dan saya sudah tidak
dapat melihat badan saya lagi. Roh saya dibawa oleh malaikat-malaikat
tersebut menuju jalan yang lurus, dan pada ujung jalan itu sempit seperti
lubang jarum. Roh saya berkata: “Badan saya tidak dapat masuk.” Tetapi
malaikat yang di depan saya bisa masuk, lalu roh saya berkata lagi: “Badan
rohani saya kecil pasti bia masuk.” Kemudian roh saya masuk melalui
lubang jarum tersebut.
“Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke
pangkuan Abraham.” Lukas 16:22
Berada di Dalam Firdaus
Saat itu saya sudah berada di dalam sebuah halaman yang luas. Halaman itu
sangat luas, indah dan tidak ada apa-apa. Roh saya berkata: “Kalau ada
halaman pasti ada rumahnya.” Tiba-tiba saat itu ada rumah, saya dibawa
masuk ke dalam rumah tersebut dan bertemu dengan banyak orang di kamar
pertama. Roh saya berkata: “Ini orang-orang yang percaya kepada Yesus
Kristus, mereka ditempatkan di sini.” Mereka sedang bernyanyi, bertepuk
tangan, ada yang berdiri, ada yang duduk dan ada yang meniup sangkakala.
“Di rumah Bapaku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku
mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat
bagimu.” Yohanes 14:2
Dibawa ke Ruangan Selanjutnya
Saya dibawa oleh malaikat-malaikat ke kamar selanjutnya atau kedua, sama
dengan kamar yang pertama, hanya disini roh saya melihat orang-orang
dengan wajah yang sama dan postur tubuh yang sama. Kemudian saya dibawa
lagi ke kamar yang ketiga, yang sama dengan kamar yang pertama. Dan roh
saya berkata: “Ini orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus,
ditempatkan di sini.” Lalu roh saya dibawa ke kamar yang keempat yaitu
kamar yang terakhir, pada saat ini saya hanya sendiri, tidak disertai oleh
malaikat-malaikat tadi. Kamar itu kosong, lalu roh saya berkata: “Ini
penghakiman terakhir, saya masuk sorga atau neraka.”
“Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah
Eloim sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu
dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak
percaya pada Injil Eloim? Dan jika orang benar hampir-hampir tidak
diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang
berdosa?” 1 Petrus 4:17-18
Bertemu dengan Tuhan Yesus
Kemudian roh saya berjalan tiga sampai empat langkah, di depan saya ada
sinar atau cahaya yang sangat terang seperti matahari, maka roh saya tidak
dapat menatap. Saya menutup mata dan terdengar suara: “Berlutut!” Seketika
itu roh saya berlutut, terlihat sebuah kitab terbuka dan dari dalamnya
keluar tulisan yang masuk ke mata saya yang masih tertutup, tulisan timbul
dan hilang terus menerus, roh saya berkata: “Tuhan...! ini perbuatan saya
minggu lalu, bulan lau, tahun lalu. Saya melakukan yang jahat dan saya
tidak pernah mengaku dosa pribadi, sehingga Engkau mencatatnya di sini.”
“Tuhan...! Saya ingin seperti saudara-saudara di kamar pertama, yang
selalu memuji dan memuliakan Engkau. Tuhan...! Saya tahu Engkau mati di
atas kayu salib untuk menebus dosa saya, saya rindu seperti
saudara-saudara yang berada di kamar pertama, kedua dan ketiga yang selalu
memuji-muji Engkau.”
Sesudah itu tulisan yang keluar dari kitab itu hilang, buku menjadi bersih
tanpa tulisan, kemudian buku itu hilang dan sinar yang terang itupun
hilang dan ada suara berkata: “Pulang! Belum saatnya untuk melayani Aku.”
Saya melihat-lihat dari mana arah suara itu datang, saya melihat ada
seorang di samping kanan. Orang tersebut badan-Nya seperti manusia, rambut
hingga ke lehernya bersinar terang. Jubah-Nya putih hingga menutupi kedua
tangan-Nya dan bawah jubah-Nya menutupi kaki-Nya. Ia menunggangi seekor
kuda putih dengan tali les yang putih. Lalu roh saya berkata: “Ini Tuhan
Yesus, Dia seperti saya, Dia Eloim yang hidup.”
“Lalu aku melihat sorga terbuka; sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan
Ia yang menungganginya bernama: “Yang Setia dan Yang Benar” Ia menghakimi
dan berperang dengan adil.” Wahyu 19:11
Kemudian Tuhan Yesus tidak nampak lagi dan seketika itu roh saya dibawa
pulang ke dalam tubuh saya. Saat itu juga ada nafas, ada pikiran dan saya
berpikir, tadi saya bersama dengan Tuhan Yesus. Setelah itu saya mencoba
beberapa kali untuk bangun dan mengangkat kepala, tetapi tidak bisa,
terasa sakit sekali, saya baru sadar bahwa leher saya telah dipotong dan
hampir putus, kemudian saya dibuang ke semak-semak dengan ditutupi daun
pisang. Saya merasa haus, lalu menggerakkan tangan mengambil darah tiga
tetes dan menjilatnya, lalu badan saya mulai bergerak.
Saya berdoa: “Tuhan, lewat peristiwa ini saya telah bertemu dengan Engkau,
dan Engkau memberikan nafas dan kekuatan yang baru sehingga aku hidup
kembali, tapi Tuhan, Engkau gerakkan orang supaya ada yang membawa saya ke
rumah sakit.”
Tuhan menjawab doa saya, malam itu ada orang yang mendekati saya dengan
memakai lampu senter, lalu bertanya: “Kamu dari mana?” Saya tidak bisa
menjawab, karena saya tidak dapat berbicara lewat mulut, tidak ada suara
yang keluar, hanya hembusan nafas yang melalui luka-luka menganga pada
leher. Kemudian orang tersebut memanggil polisi.
Puji Tuhan! Dikira sudah meninggal tetapi masih hidup. Mereka mengira saya
sudah meninggal, mereka mengangkat dan membawa saya ke jalan raya.
Kemudian polisi mencari identitas atau KTP saya, ternyata tidak ditemukan.
Tanpa identitas, mereka bermaksud membawa saya ke sebuah rumah sakit lain,
tetapi saya ingat kembali akan suara Tuhan dan takhta-Nya di sorga,
ternyata ada kekuatan baru dari Tuhan Yesus yang memampukan saya dapat
berbicara. Tiba-tiba saya berkata: “Nama saya Dominggus, umur saya 20
tahun, semester III, tinggal di asrama Doulos, saya berasal dari Timor.”
Orang-orang yang sedang melihat dan mendengar saya, berkata: “Wah, dia
dipotong dari jam berapa? Sekarang sudah jam 02.30 pagi, tapi dia masih
hidup.”
Perjalanan ke Rumah Sakit UKI
Kemudian mereka memasukkan saya ke dalam mobil dan meletakkan saya di
bawah. Saya tetap mengingat peristiwa ketika Tuhan Yesus dianiaya.
Sementara mobil meluncur dengan kecepatan tinggi, saat melewati jalan
berlubang atau tidak rata mobilpun berguncang dan saya merasa sangat sakit
sekali pada luka di leher. Saya katakan kepada Tuhan: “Tuhan, apakah saya
dapat bertahan di dalam mobil ini? Tuhan ketika Engkau di atas kayu salib,
Engkau meminum cuka dan empedu, tetapi saya menjilat darah saya sendiri
karena tidak ada orang yang menjagai saya.”
Saya membuka mata, ternyata memang tidak ada seorangpun yang menjagai
saya, hanya seorang supir. Tetapi saya melihat beberapa malaikat berjubah
putih menjaga dan mengelilingi saya. Saya katakan: “Tuhan ini
malaikat-malaikat pelindung saya, mereka setia menjagai.” Saya harus
berdoa agar tetap kuat.
Perawatan di Rumah Sakit
Setiba di rumah sakit, suara saya dapat normal kembali. Saya dapat
berbicara dan bertanya kepada perawat: “Bapak saya mana?” Perawat RS
bertanya kepada saya: “Bapakmu siapa?” Saya jawab: “Bapak Ruyandi
Hutasoit.” Ketika Bpk. Ruyandi menemui saya, ia berkata: “Dominggus..
leher kamu putus!” Jawab saya: “Bapak doakan saya, sebab saya tidak akan
mati, saya telah bertemu dengan Tuhan Yesus.” Lalu Bpk. Ruyandi mendoakan
dan menumpangkan tangan atas saya.
Setelah itu saya mendapat perawatan, seorang dokter ahli saraf hanya
menjahit kulit leher saya, karena luka bacokan sudah menembus sampai ke
tulang belakang leher, sehingga cairan otak mengalir keluar, saluran nafas
dan banyak saraf yang putus. Kemudian saya dirawat tiga hari di ruangan
ICU dan selama perawatan saya tidak diberikan transfusi darah. Pendapat
dokter pada saat itu adalah bahwa saya akan mati dan saya tidak diharapkan
hidup, mengingat cairan otak yang telah keluar dan infeksi yang terjadi
pada otak, yang semua itu akan menimbulkan cacat seumur hidup.
Mukjizat Kesembuhan Terjadi
Tanggal 19 Desember 1999 dengan panas badan 40°C dan seluruh wajah yang
bengkak karena infeksi, saya dipindahkan keluar dari ruang ICU,
dikarenakan ada pasien lain yang sangat memerlukan dan masih mempunyai
harapan hidup yang lebih besar daripada saya.
Pada malam hari, roh saya kembali keluar untuk kedua kali dari tubuh saya,
roh saya melihat suasana kamar dimana saya dirawat dan kemudian roh saya
berjalan sejauh kurang lebih dua atau tiga kilometer dalam suasana terang
di sekeliling saya. Tiba-tiba ada suara terdengar oleh saya:
“Pulang..pulang. ..!”
Seketika itu juga, roh saya kembali ke dalam tubuh saya, suhu tubuh
menjadi normal dan tidak ada lagi infeksi. Kemudian terdengar bunyi
seperti orang menekukkan jari-jari pada leher saya, lalu otot, tulang,
saluran nafas dan saraf-saraf tersambung dalam sekejab mata, saya merasa
tidak sakit dan dapat menggerakkan leher. Sesudah itu saya diberi minum
dan makan bubur. Saya sudah hidup kembali, dengan kesehatan yang sangat
baik. Puji Tuhan!
Keluar dari Rumah Sakit dalam Keadaan Sembuh Total
Saya berada di rumah sakit sejak tanggal 16 Desember 1999 dini hari dan
keluar dari rumah sakit pada tanggal 29 Desember 1999, dengan berat badan
normal dibanding dua minggu yang lalu karena banyak darah dan cairan yang
telah keluar. Saya telah sembuh sempurna, tanpa cacat, tanpa perawatan
jalan, saya hidup kembali dengan normal.
“Terima kasih Tuhan Yesus, Engkau sungguh Eloim yang hidup dan ajaib,
terpujilah nama-Mu kekal sampai selamanya, amin!”
Tuhan Yesus telah Bangkitkan Saya dari Kematian
Dominggus K.
“Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan
menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang
dikehendaki- Nya.” Yohanes 5:21
Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan, dalam kesempatan ini saya akan
bersaksi tentang peristia kematian dan kehidupan yang saya alami pada
tanggal 15 Desember 1999. peristiwa ini juga merupakan suatu tragedy bagi
yayasan Doulos, Jakarta dimana STT Doulos ada di dalamnya dan saya adalah
mahasiswa yang tinggal di asrama. Sebelum penyerangan dan pembakaran
Yayasan Doulos tanggal 15 Desember itu, beberapa kali saya mendapat
mimpi-mimpi sebagai berikut:
1. Minggu, 12 Desember 1999, saya bertemu dengan Tuhan Yesus dan malaikat,
saya terkejut dan bangun lalu berdoa selesai saya tidur kembali.
2. Senin, 13 Desember 1999, saya bermimpi lagi, dengan mimpi yang sama.
3. Selasa, 14 Desember 1999, dalam mimpi saya bertemu dengan seorang
pendeta pada suatu ibadah KKR, isi khotbah yang disampaikan mengenai akhir
zaman, adanya penganiayaan dan pembantaian.
4. Rabu, 15 Desember 1999, kurang lebih pukul 08.00 pagi, saya mendapatkan
huruf “M” dengan darah di bawah kulit pada telapak tangan kanan saya.
Dalam kebingungan dan sambil bertanya-tanya dalam hati, apakah saya akan
mati? Saya bertanya kepada teman-teman dan pendapat mereka adalah bahwa
kita akan memasuki millennium yang baru. Walaupun pendapat mereka demikian
saya tetap merasa tidak tenang serta gelisah karena dalam pikiran saya
huruf “M” adalah mati, bahwa saya akan mengalami kematian. Saya hanya bisa
berdoa dan membuka Alkitab. Sekitar pukul 15.00 saya membaca firman Tuhan
dari Kitab Yeremia 33:3 “Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab
Engkau.” Dan pada pukul 18.00, tanda huruf “M” di telapak tangan saya
sudah hilang.
Kampus dan Asrama Mahasiswa Doulos Diserang
Pada malam hari tanggal 15 Desember 1999, kegiatan berlangsung biasa di
dalam asrama kampus STT Doulos. Sebagian mahasiswa ada sedang belajar,
yang lain memasak di dapur dan ada pula yang sedang berdoa. Saya sendiri
sedang berbaring di kamar. Kurang lebih jam 21.00 malam itu, saya
dibangunkan oleh seorang teman sambil berteriak: “Domi, bangun, kita
diserang…!” Saya langsung bangun dalam keadaan panic, saya langsung
berlari ke halaman kampus dan melihat sebagian kampus kami yang telah
terbakar. Saat itu saya berkata kepada Tuhan: “Tuhan, saya mau lari
kemana? Tuhan, kalau saya lari lewat pintu gerbang depan pasti saya
dibacok.”
Sementara pikiran saya bertambah kalut ketika teringat akan tanda huruf
“M” yang diberikan pada tangan saya. “Tuhan, apakah saya akan mati?” Saya
menoleh ke belakang, ada beberapa teman sekamar yang lari menyelamatkan
diri masing-masing. Di belakang kampus kami dikelilingi pagar kawat duri
setinggi 2 meter, saya tidak bisa melompat keluar dengan cara mengangkat
kawat itu. Dengan tangan sedikit terluka akhirnya saya pun dapat keluar.
Kami sudah berada di luar pagar dengan keadaan takut dan gemetar karena di
sana terdapat massa atau orang banyak yang tidak dikenal, mereka membawa
golok, pentungan, batu dan botol berisi bensin atau Molotov. Kemudian kami
berpisah dengan teman-teman, saya tidak tahu apa yang terjadi dengan
mereka.
Saya lari menuju kos kakak tingkat semester 10, yang letaknya tidak jauh
dari kampus. Sementara saya berlari, saya tetap berdoa kepada Tuhan:
“Tuhan berkati saya, ampuni dosa dan kesalahan saya.” Setiba di rumah kos
itu, saya mengetuk pintu sebanyak 2 kali tetapi tidak ada yang membukakan
pintu.
Ternyata di belakang saya ada 4 teman mahasiswi yang juga lari mengikuti
dari belakang. Mereka memanggil saya: “Domi, ikut ke rumah kami,” tetapi
saya berkata kepada mereka, “biar saya bersembunyi di sini.” Masih berada
di depan rumah kos tersebut, saya berdoa lagi “Oh.. Tuhan, apakah malam
ini saya akan mati? Ampuni dosa dan kesalahan saya.”
Ditangkap oleh Massa
Saya mengetuk pintu lagi, tetapi tidak ada orang yang menjawab, saya
berdoa kembali: “Tuhan.. ini hari terakhir untuk saya hidup.” Terdengar
suara massa yang semakin mendekat kepada saya. Mereka berkata: “Itu
mahasiswa Doulos, tangkap dia!” Ada juga yang berteriak: “Bantai dia,
tembak!” Seketika itu saya ditangkap dan saya hanya bisa berserah kepada
Tuhan sambil berkata: “Tuhan saya sudah di tangan mereka, saya tidak bisa
lari lagi.”
Kemudian tangan saya diikat ke belakang dan mata saya ditutup dengan kain
putih. Saya tetap berdoa dalam keadaan takut dan gemetar: “Tuhan ampuni
dosa saya, pada saat ini Engkau pasti di samping saya.” Tiba-tiba ada
suara terdengar oleh saya entah dari mana, yang berkata: “Jangan takut,
Aku menyertai engkau, Akulah Tuhan Allahmu.” Setelah mendengar suara itu,
rasa ketakutan dan kegentaran hilang, karena saya sudah pasrahkan kepada
Tuhan.
Penganiayaan dan Kematian
Mereka membawa saya ke tempat yang gelap, saya dipukuli dan ditendang.
Saya dihadapakan dengan massa yang jumlah orangnya lebih banyak, saat itu
mereka ragu, apakah saya mahasiswa Doulos atau warga sekitarnya. Sebagian
massa ada yang terus mendesak untuk memotong dan membunuh saya.
Saya berdoa lagi: “Tuhan, fisik saya kecil, kalau saya mati, saya yakin
masuk sorga. Saat ini saya serahkan nyawa saya ke dalam tangan kasih-Mu,
ampunilah mereka.” Saat itu kepala saya dipukul dari belakang dan terjatuh
di atas batu, saya tidak sadar akan apa yang terjadi lagi.
Roh Saya Keluar Dari Tubuh
Kemudian ... roh saya terangkat keluar dari tubuh saya, roh saya berbentuk
seperti orang yang sedang start lari atau sedang jongkok, lalu lurus
seperti orang yang berenang kemudian berdiri. Roh saya melihat badan saya
dan berkata: “Kok badan saya tinggal” (sebanyak dua kali). Roh saya
berdiri tidak menyentuh tanah dan tidak tahu mau berjalan kemana, karena
di sekeliling saya gelap gulita, kurang lebih lima detik, roh saya
berkata: “Mau ke mana?”
Lima Malaikat Datang Menjemput Saya
Saat itu ada lima malaikat datang kepada saya, dua berada di sebelah kiri,
dua di sebelah kanan dan satu malaikat berada di depan saya. Tempat yang
tadinya gelap gulita telah berubah menjadi terang dan saya sudah tidak
dapat melihat badan saya lagi. Roh saya dibawa oleh malaikat-malaikat
tersebut menuju jalan yang lurus, dan pada ujung jalan itu sempit seperti
lubang jarum. Roh saya berkata: “Badan saya tidak dapat masuk.” Tetapi
malaikat yang di depan saya bisa masuk, lalu roh saya berkata lagi: “Badan
rohani saya kecil pasti bia masuk.” Kemudian roh saya masuk melalui
lubang jarum tersebut.
“Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke
pangkuan Abraham.” Lukas 16:22
Berada di Dalam Firdaus
Saat itu saya sudah berada di dalam sebuah halaman yang luas. Halaman itu
sangat luas, indah dan tidak ada apa-apa. Roh saya berkata: “Kalau ada
halaman pasti ada rumahnya.” Tiba-tiba saat itu ada rumah, saya dibawa
masuk ke dalam rumah tersebut dan bertemu dengan banyak orang di kamar
pertama. Roh saya berkata: “Ini orang-orang yang percaya kepada Yesus
Kristus, mereka ditempatkan di sini.” Mereka sedang bernyanyi, bertepuk
tangan, ada yang berdiri, ada yang duduk dan ada yang meniup sangkakala.
“Di rumah Bapaku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku
mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat
bagimu.” Yohanes 14:2
Dibawa ke Ruangan Selanjutnya
Saya dibawa oleh malaikat-malaikat ke kamar selanjutnya atau kedua, sama
dengan kamar yang pertama, hanya disini roh saya melihat orang-orang
dengan wajah yang sama dan postur tubuh yang sama. Kemudian saya dibawa
lagi ke kamar yang ketiga, yang sama dengan kamar yang pertama. Dan roh
saya berkata: “Ini orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus,
ditempatkan di sini.” Lalu roh saya dibawa ke kamar yang keempat yaitu
kamar yang terakhir, pada saat ini saya hanya sendiri, tidak disertai oleh
malaikat-malaikat tadi. Kamar itu kosong, lalu roh saya berkata: “Ini
penghakiman terakhir, saya masuk sorga atau neraka.”
“Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah
Eloim sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu
dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak
percaya pada Injil Eloim? Dan jika orang benar hampir-hampir tidak
diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang
berdosa?” 1 Petrus 4:17-18
Bertemu dengan Tuhan Yesus
Kemudian roh saya berjalan tiga sampai empat langkah, di depan saya ada
sinar atau cahaya yang sangat terang seperti matahari, maka roh saya tidak
dapat menatap. Saya menutup mata dan terdengar suara: “Berlutut!” Seketika
itu roh saya berlutut, terlihat sebuah kitab terbuka dan dari dalamnya
keluar tulisan yang masuk ke mata saya yang masih tertutup, tulisan timbul
dan hilang terus menerus, roh saya berkata: “Tuhan...! ini perbuatan saya
minggu lalu, bulan lau, tahun lalu. Saya melakukan yang jahat dan saya
tidak pernah mengaku dosa pribadi, sehingga Engkau mencatatnya di sini.”
“Tuhan...! Saya ingin seperti saudara-saudara di kamar pertama, yang
selalu memuji dan memuliakan Engkau. Tuhan...! Saya tahu Engkau mati di
atas kayu salib untuk menebus dosa saya, saya rindu seperti
saudara-saudara yang berada di kamar pertama, kedua dan ketiga yang selalu
memuji-muji Engkau.”
Sesudah itu tulisan yang keluar dari kitab itu hilang, buku menjadi bersih
tanpa tulisan, kemudian buku itu hilang dan sinar yang terang itupun
hilang dan ada suara berkata: “Pulang! Belum saatnya untuk melayani Aku.”
Saya melihat-lihat dari mana arah suara itu datang, saya melihat ada
seorang di samping kanan. Orang tersebut badan-Nya seperti manusia, rambut
hingga ke lehernya bersinar terang. Jubah-Nya putih hingga menutupi kedua
tangan-Nya dan bawah jubah-Nya menutupi kaki-Nya. Ia menunggangi seekor
kuda putih dengan tali les yang putih. Lalu roh saya berkata: “Ini Tuhan
Yesus, Dia seperti saya, Dia Eloim yang hidup.”
“Lalu aku melihat sorga terbuka; sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan
Ia yang menungganginya bernama: “Yang Setia dan Yang Benar” Ia menghakimi
dan berperang dengan adil.” Wahyu 19:11
Kemudian Tuhan Yesus tidak nampak lagi dan seketika itu roh saya dibawa
pulang ke dalam tubuh saya. Saat itu juga ada nafas, ada pikiran dan saya
berpikir, tadi saya bersama dengan Tuhan Yesus. Setelah itu saya mencoba
beberapa kali untuk bangun dan mengangkat kepala, tetapi tidak bisa,
terasa sakit sekali, saya baru sadar bahwa leher saya telah dipotong dan
hampir putus, kemudian saya dibuang ke semak-semak dengan ditutupi daun
pisang. Saya merasa haus, lalu menggerakkan tangan mengambil darah tiga
tetes dan menjilatnya, lalu badan saya mulai bergerak.
Saya berdoa: “Tuhan, lewat peristiwa ini saya telah bertemu dengan Engkau,
dan Engkau memberikan nafas dan kekuatan yang baru sehingga aku hidup
kembali, tapi Tuhan, Engkau gerakkan orang supaya ada yang membawa saya ke
rumah sakit.”
Tuhan menjawab doa saya, malam itu ada orang yang mendekati saya dengan
memakai lampu senter, lalu bertanya: “Kamu dari mana?” Saya tidak bisa
menjawab, karena saya tidak dapat berbicara lewat mulut, tidak ada suara
yang keluar, hanya hembusan nafas yang melalui luka-luka menganga pada
leher. Kemudian orang tersebut memanggil polisi.
Puji Tuhan! Dikira sudah meninggal tetapi masih hidup. Mereka mengira saya
sudah meninggal, mereka mengangkat dan membawa saya ke jalan raya.
Kemudian polisi mencari identitas atau KTP saya, ternyata tidak ditemukan.
Tanpa identitas, mereka bermaksud membawa saya ke sebuah rumah sakit lain,
tetapi saya ingat kembali akan suara Tuhan dan takhta-Nya di sorga,
ternyata ada kekuatan baru dari Tuhan Yesus yang memampukan saya dapat
berbicara. Tiba-tiba saya berkata: “Nama saya Dominggus, umur saya 20
tahun, semester III, tinggal di asrama Doulos, saya berasal dari Timor.”
Orang-orang yang sedang melihat dan mendengar saya, berkata: “Wah, dia
dipotong dari jam berapa? Sekarang sudah jam 02.30 pagi, tapi dia masih
hidup.”
Perjalanan ke Rumah Sakit UKI
Kemudian mereka memasukkan saya ke dalam mobil dan meletakkan saya di
bawah. Saya tetap mengingat peristiwa ketika Tuhan Yesus dianiaya.
Sementara mobil meluncur dengan kecepatan tinggi, saat melewati jalan
berlubang atau tidak rata mobilpun berguncang dan saya merasa sangat sakit
sekali pada luka di leher. Saya katakan kepada Tuhan: “Tuhan, apakah saya
dapat bertahan di dalam mobil ini? Tuhan ketika Engkau di atas kayu salib,
Engkau meminum cuka dan empedu, tetapi saya menjilat darah saya sendiri
karena tidak ada orang yang menjagai saya.”
Saya membuka mata, ternyata memang tidak ada seorangpun yang menjagai
saya, hanya seorang supir. Tetapi saya melihat beberapa malaikat berjubah
putih menjaga dan mengelilingi saya. Saya katakan: “Tuhan ini
malaikat-malaikat pelindung saya, mereka setia menjagai.” Saya harus
berdoa agar tetap kuat.
Perawatan di Rumah Sakit
Setiba di rumah sakit, suara saya dapat normal kembali. Saya dapat
berbicara dan bertanya kepada perawat: “Bapak saya mana?” Perawat RS
bertanya kepada saya: “Bapakmu siapa?” Saya jawab: “Bapak Ruyandi
Hutasoit.” Ketika Bpk. Ruyandi menemui saya, ia berkata: “Dominggus..
leher kamu putus!” Jawab saya: “Bapak doakan saya, sebab saya tidak akan
mati, saya telah bertemu dengan Tuhan Yesus.” Lalu Bpk. Ruyandi mendoakan
dan menumpangkan tangan atas saya.
Setelah itu saya mendapat perawatan, seorang dokter ahli saraf hanya
menjahit kulit leher saya, karena luka bacokan sudah menembus sampai ke
tulang belakang leher, sehingga cairan otak mengalir keluar, saluran nafas
dan banyak saraf yang putus. Kemudian saya dirawat tiga hari di ruangan
ICU dan selama perawatan saya tidak diberikan transfusi darah. Pendapat
dokter pada saat itu adalah bahwa saya akan mati dan saya tidak diharapkan
hidup, mengingat cairan otak yang telah keluar dan infeksi yang terjadi
pada otak, yang semua itu akan menimbulkan cacat seumur hidup.
Mukjizat Kesembuhan Terjadi
Tanggal 19 Desember 1999 dengan panas badan 40°C dan seluruh wajah yang
bengkak karena infeksi, saya dipindahkan keluar dari ruang ICU,
dikarenakan ada pasien lain yang sangat memerlukan dan masih mempunyai
harapan hidup yang lebih besar daripada saya.
Pada malam hari, roh saya kembali keluar untuk kedua kali dari tubuh saya,
roh saya melihat suasana kamar dimana saya dirawat dan kemudian roh saya
berjalan sejauh kurang lebih dua atau tiga kilometer dalam suasana terang
di sekeliling saya. Tiba-tiba ada suara terdengar oleh saya:
“Pulang..pulang. ..!”
Seketika itu juga, roh saya kembali ke dalam tubuh saya, suhu tubuh
menjadi normal dan tidak ada lagi infeksi. Kemudian terdengar bunyi
seperti orang menekukkan jari-jari pada leher saya, lalu otot, tulang,
saluran nafas dan saraf-saraf tersambung dalam sekejab mata, saya merasa
tidak sakit dan dapat menggerakkan leher. Sesudah itu saya diberi minum
dan makan bubur. Saya sudah hidup kembali, dengan kesehatan yang sangat
baik. Puji Tuhan!
Keluar dari Rumah Sakit dalam Keadaan Sembuh Total
Saya berada di rumah sakit sejak tanggal 16 Desember 1999 dini hari dan
keluar dari rumah sakit pada tanggal 29 Desember 1999, dengan berat badan
normal dibanding dua minggu yang lalu karena banyak darah dan cairan yang
telah keluar. Saya telah sembuh sempurna, tanpa cacat, tanpa perawatan
jalan, saya hidup kembali dengan normal.
“Terima kasih Tuhan Yesus, Engkau sungguh Eloim yang hidup dan ajaib,
terpujilah nama-Mu kekal sampai selamanya, amin!”
Dominggus K.
“Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan
menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang
dikehendaki-
Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan, dalam kesempatan ini saya akan
bersaksi tentang peristia kematian dan kehidupan yang saya alami pada
tanggal 15 Desember 1999. peristiwa ini juga merupakan suatu tragedy bagi
yayasan Doulos, Jakarta dimana STT Doulos ada di dalamnya dan saya adalah
mahasiswa yang tinggal di asrama. Sebelum penyerangan dan pembakaran
Yayasan Doulos tanggal 15 Desember itu, beberapa kali saya mendapat
mimpi-mimpi sebagai berikut:
1. Minggu, 12 Desember 1999, saya bertemu dengan Tuhan Yesus dan malaikat,
saya terkejut dan bangun lalu berdoa selesai saya tidur kembali.
2. Senin, 13 Desember 1999, saya bermimpi lagi, dengan mimpi yang sama.
3. Selasa, 14 Desember 1999, dalam mimpi saya bertemu dengan seorang
pendeta pada suatu ibadah KKR, isi khotbah yang disampaikan mengenai akhir
zaman, adanya penganiayaan dan pembantaian.
4. Rabu, 15 Desember 1999, kurang lebih pukul 08.00 pagi, saya mendapatkan
huruf “M” dengan darah di bawah kulit pada telapak tangan kanan saya.
Dalam kebingungan dan sambil bertanya-tanya dalam hati, apakah saya akan
mati? Saya bertanya kepada teman-teman dan pendapat mereka adalah bahwa
kita akan memasuki millennium yang baru. Walaupun pendapat mereka demikian
saya tetap merasa tidak tenang serta gelisah karena dalam pikiran saya
huruf “M” adalah mati, bahwa saya akan mengalami kematian. Saya hanya bisa
berdoa dan membuka Alkitab. Sekitar pukul 15.00 saya membaca firman Tuhan
dari Kitab Yeremia 33:3 “Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab
Engkau.” Dan pada pukul 18.00, tanda huruf “M” di telapak tangan saya
sudah hilang.
Kampus dan Asrama Mahasiswa Doulos Diserang
Pada malam hari tanggal 15 Desember 1999, kegiatan berlangsung biasa di
dalam asrama kampus STT Doulos. Sebagian mahasiswa ada sedang belajar,
yang lain memasak di dapur dan ada pula yang sedang berdoa. Saya sendiri
sedang berbaring di kamar. Kurang lebih jam 21.00 malam itu, saya
dibangunkan oleh seorang teman sambil berteriak: “Domi, bangun, kita
diserang…!” Saya langsung bangun dalam keadaan panic, saya langsung
berlari ke halaman kampus dan melihat sebagian kampus kami yang telah
terbakar. Saat itu saya berkata kepada Tuhan: “Tuhan, saya mau lari
kemana? Tuhan, kalau saya lari lewat pintu gerbang depan pasti saya
dibacok.”
Sementara pikiran saya bertambah kalut ketika teringat akan tanda huruf
“M” yang diberikan pada tangan saya. “Tuhan, apakah saya akan mati?” Saya
menoleh ke belakang, ada beberapa teman sekamar yang lari menyelamatkan
diri masing-masing. Di belakang kampus kami dikelilingi pagar kawat duri
setinggi 2 meter, saya tidak bisa melompat keluar dengan cara mengangkat
kawat itu. Dengan tangan sedikit terluka akhirnya saya pun dapat keluar.
Kami sudah berada di luar pagar dengan keadaan takut dan gemetar karena di
sana terdapat massa atau orang banyak yang tidak dikenal, mereka membawa
golok, pentungan, batu dan botol berisi bensin atau Molotov. Kemudian kami
berpisah dengan teman-teman, saya tidak tahu apa yang terjadi dengan
mereka.
Saya lari menuju kos kakak tingkat semester 10, yang letaknya tidak jauh
dari kampus. Sementara saya berlari, saya tetap berdoa kepada Tuhan:
“Tuhan berkati saya, ampuni dosa dan kesalahan saya.” Setiba di rumah kos
itu, saya mengetuk pintu sebanyak 2 kali tetapi tidak ada yang membukakan
pintu.
Ternyata di belakang saya ada 4 teman mahasiswi yang juga lari mengikuti
dari belakang. Mereka memanggil saya: “Domi, ikut ke rumah kami,” tetapi
saya berkata kepada mereka, “biar saya bersembunyi di sini.” Masih berada
di depan rumah kos tersebut, saya berdoa lagi “Oh.. Tuhan, apakah malam
ini saya akan mati? Ampuni dosa dan kesalahan saya.”
Ditangkap oleh Massa
Saya mengetuk pintu lagi, tetapi tidak ada orang yang menjawab, saya
berdoa kembali: “Tuhan.. ini hari terakhir untuk saya hidup.” Terdengar
suara massa yang semakin mendekat kepada saya. Mereka berkata: “Itu
mahasiswa Doulos, tangkap dia!” Ada juga yang berteriak: “Bantai dia,
tembak!” Seketika itu saya ditangkap dan saya hanya bisa berserah kepada
Tuhan sambil berkata: “Tuhan saya sudah di tangan mereka, saya tidak bisa
lari lagi.”
Kemudian tangan saya diikat ke belakang dan mata saya ditutup dengan kain
putih. Saya tetap berdoa dalam keadaan takut dan gemetar: “Tuhan ampuni
dosa saya, pada saat ini Engkau pasti di samping saya.” Tiba-tiba ada
suara terdengar oleh saya entah dari mana, yang berkata: “Jangan takut,
Aku menyertai engkau, Akulah Tuhan Allahmu.” Setelah mendengar suara itu,
rasa ketakutan dan kegentaran hilang, karena saya sudah pasrahkan kepada
Tuhan.
Penganiayaan dan Kematian
Mereka membawa saya ke tempat yang gelap, saya dipukuli dan ditendang.
Saya dihadapakan dengan massa yang jumlah orangnya lebih banyak, saat itu
mereka ragu, apakah saya mahasiswa Doulos atau warga sekitarnya. Sebagian
massa ada yang terus mendesak untuk memotong dan membunuh saya.
Saya berdoa lagi: “Tuhan, fisik saya kecil, kalau saya mati, saya yakin
masuk sorga. Saat ini saya serahkan nyawa saya ke dalam tangan kasih-Mu,
ampunilah mereka.” Saat itu kepala saya dipukul dari belakang dan terjatuh
di atas batu, saya tidak sadar akan apa yang terjadi lagi.
Roh Saya Keluar Dari Tubuh
Kemudian ... roh saya terangkat keluar dari tubuh saya, roh saya berbentuk
seperti orang yang sedang start lari atau sedang jongkok, lalu lurus
seperti orang yang berenang kemudian berdiri. Roh saya melihat badan saya
dan berkata: “Kok badan saya tinggal” (sebanyak dua kali). Roh saya
berdiri tidak menyentuh tanah dan tidak tahu mau berjalan kemana, karena
di sekeliling saya gelap gulita, kurang lebih lima detik, roh saya
berkata: “Mau ke mana?”
Lima Malaikat Datang Menjemput Saya
Saat itu ada lima malaikat datang kepada saya, dua berada di sebelah kiri,
dua di sebelah kanan dan satu malaikat berada di depan saya. Tempat yang
tadinya gelap gulita telah berubah menjadi terang dan saya sudah tidak
dapat melihat badan saya lagi. Roh saya dibawa oleh malaikat-malaikat
tersebut menuju jalan yang lurus, dan pada ujung jalan itu sempit seperti
lubang jarum. Roh saya berkata: “Badan saya tidak dapat masuk.” Tetapi
malaikat yang di depan saya bisa masuk, lalu roh saya berkata lagi: “Badan
rohani saya kecil pasti bia masuk.” Kemudian roh saya masuk melalui
lubang jarum tersebut.
“Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke
pangkuan Abraham.” Lukas 16:22
Berada di Dalam Firdaus
Saat itu saya sudah berada di dalam sebuah halaman yang luas. Halaman itu
sangat luas, indah dan tidak ada apa-apa. Roh saya berkata: “Kalau ada
halaman pasti ada rumahnya.” Tiba-tiba saat itu ada rumah, saya dibawa
masuk ke dalam rumah tersebut dan bertemu dengan banyak orang di kamar
pertama. Roh saya berkata: “Ini orang-orang yang percaya kepada Yesus
Kristus, mereka ditempatkan di sini.” Mereka sedang bernyanyi, bertepuk
tangan, ada yang berdiri, ada yang duduk dan ada yang meniup sangkakala.
“Di rumah Bapaku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku
mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat
bagimu.” Yohanes 14:2
Dibawa ke Ruangan Selanjutnya
Saya dibawa oleh malaikat-malaikat ke kamar selanjutnya atau kedua, sama
dengan kamar yang pertama, hanya disini roh saya melihat orang-orang
dengan wajah yang sama dan postur tubuh yang sama. Kemudian saya dibawa
lagi ke kamar yang ketiga, yang sama dengan kamar yang pertama. Dan roh
saya berkata: “Ini orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus,
ditempatkan di sini.” Lalu roh saya dibawa ke kamar yang keempat yaitu
kamar yang terakhir, pada saat ini saya hanya sendiri, tidak disertai oleh
malaikat-malaikat tadi. Kamar itu kosong, lalu roh saya berkata: “Ini
penghakiman terakhir, saya masuk sorga atau neraka.”
“Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah
Eloim sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu
dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak
percaya pada Injil Eloim? Dan jika orang benar hampir-hampir tidak
diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang
berdosa?” 1 Petrus 4:17-18
Bertemu dengan Tuhan Yesus
Kemudian roh saya berjalan tiga sampai empat langkah, di depan saya ada
sinar atau cahaya yang sangat terang seperti matahari, maka roh saya tidak
dapat menatap. Saya menutup mata dan terdengar suara: “Berlutut!” Seketika
itu roh saya berlutut, terlihat sebuah kitab terbuka dan dari dalamnya
keluar tulisan yang masuk ke mata saya yang masih tertutup, tulisan timbul
dan hilang terus menerus, roh saya berkata: “Tuhan...! ini perbuatan saya
minggu lalu, bulan lau, tahun lalu. Saya melakukan yang jahat dan saya
tidak pernah mengaku dosa pribadi, sehingga Engkau mencatatnya di sini.”
“Tuhan...! Saya ingin seperti saudara-saudara di kamar pertama, yang
selalu memuji dan memuliakan Engkau. Tuhan...! Saya tahu Engkau mati di
atas kayu salib untuk menebus dosa saya, saya rindu seperti
saudara-saudara yang berada di kamar pertama, kedua dan ketiga yang selalu
memuji-muji Engkau.”
Sesudah itu tulisan yang keluar dari kitab itu hilang, buku menjadi bersih
tanpa tulisan, kemudian buku itu hilang dan sinar yang terang itupun
hilang dan ada suara berkata: “Pulang! Belum saatnya untuk melayani Aku.”
Saya melihat-lihat dari mana arah suara itu datang, saya melihat ada
seorang di samping kanan. Orang tersebut badan-Nya seperti manusia, rambut
hingga ke lehernya bersinar terang. Jubah-Nya putih hingga menutupi kedua
tangan-Nya dan bawah jubah-Nya menutupi kaki-Nya. Ia menunggangi seekor
kuda putih dengan tali les yang putih. Lalu roh saya berkata: “Ini Tuhan
Yesus, Dia seperti saya, Dia Eloim yang hidup.”
“Lalu aku melihat sorga terbuka; sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan
Ia yang menungganginya bernama: “Yang Setia dan Yang Benar” Ia menghakimi
dan berperang dengan adil.” Wahyu 19:11
Kemudian Tuhan Yesus tidak nampak lagi dan seketika itu roh saya dibawa
pulang ke dalam tubuh saya. Saat itu juga ada nafas, ada pikiran dan saya
berpikir, tadi saya bersama dengan Tuhan Yesus. Setelah itu saya mencoba
beberapa kali untuk bangun dan mengangkat kepala, tetapi tidak bisa,
terasa sakit sekali, saya baru sadar bahwa leher saya telah dipotong dan
hampir putus, kemudian saya dibuang ke semak-semak dengan ditutupi daun
pisang. Saya merasa haus, lalu menggerakkan tangan mengambil darah tiga
tetes dan menjilatnya, lalu badan saya mulai bergerak.
Saya berdoa: “Tuhan, lewat peristiwa ini saya telah bertemu dengan Engkau,
dan Engkau memberikan nafas dan kekuatan yang baru sehingga aku hidup
kembali, tapi Tuhan, Engkau gerakkan orang supaya ada yang membawa saya ke
rumah sakit.”
Tuhan menjawab doa saya, malam itu ada orang yang mendekati saya dengan
memakai lampu senter, lalu bertanya: “Kamu dari mana?” Saya tidak bisa
menjawab, karena saya tidak dapat berbicara lewat mulut, tidak ada suara
yang keluar, hanya hembusan nafas yang melalui luka-luka menganga pada
leher. Kemudian orang tersebut memanggil polisi.
Puji Tuhan! Dikira sudah meninggal tetapi masih hidup. Mereka mengira saya
sudah meninggal, mereka mengangkat dan membawa saya ke jalan raya.
Kemudian polisi mencari identitas atau KTP saya, ternyata tidak ditemukan.
Tanpa identitas, mereka bermaksud membawa saya ke sebuah rumah sakit lain,
tetapi saya ingat kembali akan suara Tuhan dan takhta-Nya di sorga,
ternyata ada kekuatan baru dari Tuhan Yesus yang memampukan saya dapat
berbicara. Tiba-tiba saya berkata: “Nama saya Dominggus, umur saya 20
tahun, semester III, tinggal di asrama Doulos, saya berasal dari Timor.”
Orang-orang yang sedang melihat dan mendengar saya, berkata: “Wah, dia
dipotong dari jam berapa? Sekarang sudah jam 02.30 pagi, tapi dia masih
hidup.”
Perjalanan ke Rumah Sakit UKI
Kemudian mereka memasukkan saya ke dalam mobil dan meletakkan saya di
bawah. Saya tetap mengingat peristiwa ketika Tuhan Yesus dianiaya.
Sementara mobil meluncur dengan kecepatan tinggi, saat melewati jalan
berlubang atau tidak rata mobilpun berguncang dan saya merasa sangat sakit
sekali pada luka di leher. Saya katakan kepada Tuhan: “Tuhan, apakah saya
dapat bertahan di dalam mobil ini? Tuhan ketika Engkau di atas kayu salib,
Engkau meminum cuka dan empedu, tetapi saya menjilat darah saya sendiri
karena tidak ada orang yang menjagai saya.”
Saya membuka mata, ternyata memang tidak ada seorangpun yang menjagai
saya, hanya seorang supir. Tetapi saya melihat beberapa malaikat berjubah
putih menjaga dan mengelilingi saya. Saya katakan: “Tuhan ini
malaikat-malaikat pelindung saya, mereka setia menjagai.” Saya harus
berdoa agar tetap kuat.
Perawatan di Rumah Sakit
Setiba di rumah sakit, suara saya dapat normal kembali. Saya dapat
berbicara dan bertanya kepada perawat: “Bapak saya mana?” Perawat RS
bertanya kepada saya: “Bapakmu siapa?” Saya jawab: “Bapak Ruyandi
Hutasoit.” Ketika Bpk. Ruyandi menemui saya, ia berkata: “Dominggus..
leher kamu putus!” Jawab saya: “Bapak doakan saya, sebab saya tidak akan
mati, saya telah bertemu dengan Tuhan Yesus.” Lalu Bpk. Ruyandi mendoakan
dan menumpangkan tangan atas saya.
Setelah itu saya mendapat perawatan, seorang dokter ahli saraf hanya
menjahit kulit leher saya, karena luka bacokan sudah menembus sampai ke
tulang belakang leher, sehingga cairan otak mengalir keluar, saluran nafas
dan banyak saraf yang putus. Kemudian saya dirawat tiga hari di ruangan
ICU dan selama perawatan saya tidak diberikan transfusi darah. Pendapat
dokter pada saat itu adalah bahwa saya akan mati dan saya tidak diharapkan
hidup, mengingat cairan otak yang telah keluar dan infeksi yang terjadi
pada otak, yang semua itu akan menimbulkan cacat seumur hidup.
Mukjizat Kesembuhan Terjadi
Tanggal 19 Desember 1999 dengan panas badan 40°C dan seluruh wajah yang
bengkak karena infeksi, saya dipindahkan keluar dari ruang ICU,
dikarenakan ada pasien lain yang sangat memerlukan dan masih mempunyai
harapan hidup yang lebih besar daripada saya.
Pada malam hari, roh saya kembali keluar untuk kedua kali dari tubuh saya,
roh saya melihat suasana kamar dimana saya dirawat dan kemudian roh saya
berjalan sejauh kurang lebih dua atau tiga kilometer dalam suasana terang
di sekeliling saya. Tiba-tiba ada suara terdengar oleh saya:
“Pulang..pulang.
Seketika itu juga, roh saya kembali ke dalam tubuh saya, suhu tubuh
menjadi normal dan tidak ada lagi infeksi. Kemudian terdengar bunyi
seperti orang menekukkan jari-jari pada leher saya, lalu otot, tulang,
saluran nafas dan saraf-saraf tersambung dalam sekejab mata, saya merasa
tidak sakit dan dapat menggerakkan leher. Sesudah itu saya diberi minum
dan makan bubur. Saya sudah hidup kembali, dengan kesehatan yang sangat
baik. Puji Tuhan!
Keluar dari Rumah Sakit dalam Keadaan Sembuh Total
Saya berada di rumah sakit sejak tanggal 16 Desember 1999 dini hari dan
keluar dari rumah sakit pada tanggal 29 Desember 1999, dengan berat badan
normal dibanding dua minggu yang lalu karena banyak darah dan cairan yang
telah keluar. Saya telah sembuh sempurna, tanpa cacat, tanpa perawatan
jalan, saya hidup kembali dengan normal.
“Terima kasih Tuhan Yesus, Engkau sungguh Eloim yang hidup dan ajaib,
terpujilah nama-Mu kekal sampai selamanya, amin!”
Kesaksian Dominggus mahasiswa STT Doulos
15 Desember 1999 terjadi penyerangan dan pembakaran Sekolah Tinggi Teologia (STT) Doulous di Cipayung, Jakarta Timur.
Dominggus salah satu mahasiswa STT Doulos yang menjadi saksi hidup dan sempat mati diparang para penyerang, namun hidup kembali setelah bertemu Yesus.
“Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya.”
Yohanes 5:21
Yohanes 5:21
1
2
3
4
No comments:
Post a Comment